PENDAHULUAN
Peternakan merupakan sub sektor
pertanian yang cukup memberi andil besar dalam memenuhi kebutuhan gizi
masyarakat terutama protein hewan yang sangat berguna untuk kesehatan maupun
kecerdasan otak. Protein hewani yang dimaksud disini adalah yang didapatkan
dari daging sapi. Namun ketersediaan daging sapi di dalam negeri cukup terbatas
dikarenakan rendahnya populasi sapi yang dimiliki oleh para peternak sapi
akibat munculnya berbagai macam penyakit yang cukup meresahkan para peternak,
sedangkan biaya pengobatannya pun cukup mahal. Untuk itu dalam tulisan ini saya
akan mencoba merangkum beberapa penyakit yang sering menyerang ternak sapi dan
cara pengobatan tradisionalnya, baik yang belum maupun yang sudah saya lakukan.
PENGERTIAN DIARE
Diare merupakan sebuah kata umum
yang digunakan untuk menggambarkan keadaan sapi yang mengalami sakit mencret.
Diare pada ternak khususnya sapi bukan merupakan sebuah penyakit, tapi lebih
merupakan tanda atau gejala klinis dari sebuah penyakit yang lebih komplek yang
bisa disebabkan oleh berbagai hal. Pada dasarnya diare adalah sebuah gejala
klinis yang menunjukkan adanya perubahan fisiologis atau patologis di dalam
tubuh terutama saluran pencernaan. Gejala yang bisa kita perhatikan dari
mencret meliputi perubahan konsistensi (keras atau tidaknya) feses, warna
feses, bau feses, dan keberadaan benda atau bahan yang terbawa di dalam feses
pada waktu feses keluar. Untuk itu harus dibedakan gejala yang terjadi karena
pengobatannya pun akan berbeda.
Penyebab
timbulnya diare pada ternak sapi dapat dibedakan menjadi 2 yakni :
a) Faktor /
Perubahan Fisiologis Ciri-ciri :
a. Tubuh masih
terlihat sehat (tidak pucat dan tidak lesu)
b. Masih mau makan
c. Feses lembek
sampai cair tanpa disertai perubahan lainnya (tidak berbau, berlendir atau
disertai bercak darah/segmen-segmen cacing)
Gejala yang terjadi diatas merupakan
diare yang disebabkan oleh perubahan fisiologis misalnya perubahan lingkungan
ternak, meliputi perubahan pakan, perpindahan ternak, perubahan cuaca, dan
pergantian pemeliharaan. Untuk itu cara penanganannya adalah dengan tidak
melakukan perubahan yang mendadak dalam hal pakan, perpindahan lokasi kandang
dan sebagainya agar ternak tidak stres. Selain itu untuk mengganti cairan tubuh
yang hilang maka diberikan cairan elektrolit terutama air, bikarbonat, sodium
dan potassium atau larutan garam agar tidak terjadi dehidrasi yang lebih
lanjut. Berikut disajikan resep cairan elektrolit yang dapat digunakan sebagai
pertolongan pertama untuk mengatasi diare :
a) 3 kotak kecil
kaldu sapi instan (bisa juga menggunakan 1 sachet kaldu sapi)
b) 1 sachet agar
agar bubuk.
c) 2 sendok garam
d) 2 sendok soda
kue/baking soda/sodium bicarbonate/NaHCO3 (Anonimusa, 2006)
Selain untuk mengembalikan
keseimbangan cairan tubuh juga diperlukan pengobatan untuk mengurangi gejala
yang terjadi agar tidak menjadi lebih parah.
b) Faktor
Penyakit/Agen Infeksi
Diare dapat juga disebabkan oleh
agen-agen infeksi, diantaranya bakteri, virus ataupun parasit. Gejala klinisnya
pun berbeda dengan diare yang disebabkan oleh perubahan fisiologis, diantaranya
adalah:
a) Diare profus
(terus-menerus)
b) Feses lembek
sampai cair, berwarna gelap/kehitaman, berbau busuk, kadang disertai lendir,
bercak darah/segmen cacing yang keluar dari lubang anus.
c) Tubuh terlihat
kurus, pucat, lemah dan lesu
d) Dari mata dan
hidung keluar eksudat / lender
e) Bulu kasar,
kaku dan rontok
f) Nafsu makan
menurun
g) Merejan/merintih
h) Punggung
melengkung
i) Jalan
sempoyongan atau bahkan sampai ambruk
Penanganan bagi ternak yang terkena
diare dengan gejala klinis seperti di atas selain dengan cara penggantian
cairan tubuh yang hilang sebagai pertolongan pertama juga dilakukan pengobatan
untuk menghentikan gejala diare atau mengatasi penyebab diare. Berikut ada
beberapa resep lain yang dipercaya masyarakat dapat digunakan untuk menangkal
diare pada sapi, baik sapi pedet maupun sapi dewasa gejala diare yang masih
dalam stadium awal :
a. Bahan : arang
tempurung kelapa Cara membuat :
a) Tumbuk halus
arang tempurung kelapa.
b) Ayak, lalu
tampung dalam wadah yang mudah disimpan.
Cara Pengobatan Untuk mengobati sapi berikan sebanyak 50
gram per oral
b. Bahan : Minyak
kelapa 500 ml Cara Pengobatan :
a) Minumkan untuk
pengobatan seekor sapi
c. Bahan : daun
jambu biji 200-300 kg
a) Cara pengobatan
: diberikan secara langsung maupun bisa ditumbuk, ditambahkan sedikit air lalu
diminumkan ke ternak. Dosis untuk seekor sapi
d. Daun nangka
maupun buah nangka yang masih muda dan baru tumbuh diberikan secara langsung
maupun ditumbuk dan dicampur sedikit air lalu diminumkan ke ternak
e. Campur dan
haluskan temu ireng, kunir, kencur, lempuyang dan tempe busuk masing-masing
200-300 gram, dimasukkan ke dalam plastik dan didiamkan selama 1 malam lalu
diperas. Hasil perasan diminumkan 3 kali sehari selama 2 hari.
f. Campur dan
haluskan lempuyang 3 biji, gula pasir 250 gram lalu tambahkan 10 liter air
masak dan diminumkan ke ternak dengan dosis 1 liter/ekor 3 kali sehari
(Anonimus, 1994)
g. Pisahkan sapi
dara dan sapi yang lebih dewasa, tingkat imunitas dari pedet yang dilahirkan
sapi dara secara umum lebih rendah daripada pedet yang dilahirkan sapi dewasa.
h. Hindari tempat
melahirkan yang basah dan lembab, proses kelahiran dapat dilakukan di padang
penggembalaan apabila cuaca dan tempat memungkinkan. Lingkungan ideal untuk
melahirkan adalah padang/lapangan rumput yang tidak terlalu curam, tersedia
penahan angin (windbreak), cuaca hangat dan kering. Ingatlah bahwa penyebab
diare adalah udara lembab, dingin, basah dan lingkungan yang kotor.
i. Apabila
melahirkan di tempat yang sempit, apabila kondisi memungkinkan, pindahkan induk
dan anak ke lapangan rumput yang bersih segera setelah melahirkan. Lindungi
pedet (dengan kandang portable) dari udara dingin, hujan atau serangan binatang
buas
j. Isolasi pedet
yang diare secepat mungkin. Bersihkan dan desinfeksi lingkungan kandang.
Isolasi sedini mungkin sangat kritis untuk menghindari penyebaran diare pada
pedet lain.
k. Pastikan induk
dan anak dalam kondisi yang baik, terapkan program pakan dan nutrisi untuk
memastikan ternak tumbuh sehat dan kuat.
l. Berikan larutan
iodine (betadine, atau minimal obat merah) pada ari ari pedet, sedini mungkin
setelah dilahirkan.
m. Minta saran
dokter atau mantri hewan mengenai vaksinasi atau perawatan kesehatan yang dapat
diberikan
KEMBUNG
(TYMPANI/BLOAT)
Penyakit kembung perut yang diderita
sapi, dapat menyebabkan kematian karena struktur organ sapi yang unik. Dimana
pada sapi, jantungnya terletak disebelah kanan perut, bukan dibagian dada
seperti halnya manusia. Hal tersebut akhirnya menyebabkan jantung sapi
terhimpit oleh angin dan asam lambung saat menderita kembung. Karena kembung
yang terjadi, mendesak dan mengakibatkan perut sapi membesar kesamping.
Kematian pada sapi yang menderita kembung perut, biasanya rentan terjadi karena
ketidaktahuan dan salah penanganan oleh peternak. Saat sapi mengalami
kelumpuhan dengan perut yang kembung, banyak peternak yang memposisikan sapi
mereka telentang. Hal itu menyebabkan, jantung sapi terhimpit dengan lebih
cepat. Namun penyakit kembung perut tidak membahayakan atau menular kepada
binatang lain atau manusia, daging sapi yang terserang penyakit inipun masih
aman untuk dikonsumsi (Purnomo, C. 2010).
Gejala Klinis
Kembung
a. perut bagian
kiri atas membesar dan cukup keras, bila ditepuk akan terasa ada udara
dibaliknya, dan berbunyi seperti tong kosong
b. ternak merasa
tidak nyaman, menghentakkan kaki atau berusaha mengais-ais perutnya
c. ternak sulit
bernafas atau bernafas melalui mulut
d. sering
berkemih/kencing dan mengejan
e. hidung kering
f. nafsu makan
turun/tidak mau makan sama sekali
g. pada kasus yang
berat akhirnya tidak dapat berdiri dan mati
Cara Pencegahan
1. Jangan
memberikan hijauan atau leguminosae segar, apalagi yang berusia muda di pagi
hari. Berikan sarapan pada sapi rumput kering atau hijauan yang telah
dilayukan. Beberapa penelitian menyebutkan, pelayuan selama 2 – 3 jam sudah
cukup menurunkan kandungan air. Suatu kebiasaan yang baik apabila peternak
memberikan terlebih dahulu hijauan yang dipanen pada hari kemarin untuk
diberikan pada pagi hari ini. Bila tidak tersedia hijauan kering, berikan
konsentrat atau hijauan segar dalam kuantitas yang kecil dan perlahan-lahan.
2. Jangan lepaskan
ternak di padang penggembalaan di pagi hari apalagi dalam keadaan perut kosong.
Awali dengan rumput kering untuk meredakan nafsu makan atau tunggu ketika
matahari mulai naik dan embun sudah menguap. Hal yang sama juga berlaku apabila
rumput penggembalaan basah oleh air hujan.
3. Observasi
ternak di padang penggembalaan minimal 2 jam setelah diumbar. Pada rentang
waktu ini biasanya bloat terjadi. Bila terlihat ada gejala, jangan terburu-buru
menariknya dari grazing area, seringkali bloat dapat sembuh dengan sendirinya.
Apabila gejala berlanjut, segera beri tindakan.
4. Pastikan perut
ternak terisi rumput kering/hay/serat sebelum digembalakan pada awal musim
hujan. Hal ini akan mengurangi asupan rumput segar sehingga memungkinkan rumen
lebih mudah beradaptasi dengan menu baru yang segar perlahan-lahan.
5. Berikan hijauan
dalam bentuk kasar. Jangan potong kecil-kecil hijauan. Semakin kasar potongan
hijauan (misalnya hijauan utuh) akan semakin lambat mikrobial rumen mencerna
sehingga meminimalkan kemungkinan bloat.
6. Cara pemberian
hijauan (dan konsentrat) sedikit demi sedikit tapi dengan frekuensi yang sering
adalah paling baik, sayangnya ini akan merepotkan peternak sendiri.
7. Beberapa ternak
seringkali mengalami bloat berulang yang kronis. Mungkin disebabkan oleh faktor
genetis. Bisa dipertimbangkan untuk di afkir saja.
8. Karena sebagian
besar penyebab bloat adalah proses pencernaan oleh mikroorganisme, pemberian
probiotik terutama pada sapi muda dapat membantu memperbaiki fungsi rumen.
Cara Pengobatan
1. Ganti menu
hijauan segar dengan daun kering/hay. Hal ini akan membantu pada bloat ringan.
Membawa ternak berjalan-jalan juga dapat membantu.
2. Bila masih
berlanjut, berikan anti foam. Secara tradisional berupa minyak nabati atau
lemak. Minyak bertugas sebagai pengurai buih, dapat menggunakan minyak nabati
atau minyak sayur atau minyak goreng pada dosis 150 – 300 ml segera setelah
bloat terdeteksi. Susu murni sebanyak 1 liter juga dapat dijadikan alternatif
untuk membuyarkan buih. Obat modern anti foam untuk mengobati timpani juga
tersedia dalam berbagai merek, dapat diperoleh di toko-toko obat hewan.
3. Dengan
menggunakan selang (ukuran ¾” sampai 1” diameter) sepanjang 2 – 3 meter yang
dilumuri dengan minyak, dimasukkan melalui mulut melalui esophageal
(tenggorokan) sampai mencapai rumen untuk membantu mengeluarkan gas dari dalam
rumen. Selang ini sering disebut selang esophagus/stomach tube. Cara ini
terkadang berhasil namun cukup berbahaya karena dapat menganggu bagian dalam
ternak. Sebaiknya mintakan saran pada dokter hewan atau latihlah dahulu sebelum
bloat terjadi.
4. Apabila cara
diatas tidak terlihat manjur dan kondisi ternak sudah tidak bisa berdiri
sementara dokter hewan belum datang, anda harus melepaskan tekanan gas dengan
paksa dengan cara melubangi dinding perut sapi. Bisa dengan menggunakan trokar
(semacam penusuk, mirip paku tapi lebih besar) yang ditusukkan pada perut kiri
atas, di belakang tulang rusuk. Gas yang terjebak dapat keluar melalui lubang
tersebut. Apabila trokar tidak tersedia, sembarang alat yang tajam sepeti jarum
suntik, jarum besar atau paku dan pisau bisa juga digunakan untuk membuat
lubang sedalam kira-kira 2.5cm. Setelah ditusukkan, pisau jangan dicabut, tapi
diputar miring sehingga gas bisa keluar. Namun demikian tindakan ini sebaiknya
dipandang sebagai cara terakhir, karena bila salah dapat merobek rumen. Apabila
ini terjadi dokter harus melakukan jahitan dan memberikan antibiotik untuk
menghindari infeksi.
Beberapa resep
tradisional lain untuk mengobati bloat yang dapat diaplikasikan antara lain:
a. Daun kentut
atau sembukan 3 genggam dan bawang merah 20 buah. Parut halus daun kentut dan
haluskan bawang merah. Campur kedua bahan dan tambahkan garam. Campur air dalam
botol dan minumkan. Dosis untuk satu ekor sapi dewasa.
b. Getah pepaya 2
sendok makan. Garam dapur 1 sendok makan. Campurkan secara merata dan tambah
air dalam botol air mineral kemudian diminumkan. Dosis untuk satu ekor sapi
pedet (Anonimus, 1994)
c. Campur 100 gr
asam jawa dan 100 ml air putih, diremas-remas lalu disaring dan 3 sendok makan
garam yang diberikan secara terpisah. Cara pemberian obat yakni ternak dalam
posisi berdiri, kepala dikondisikan mendongak, mulut dibuka, kemudian dalam
kondisi mulut menganga garam dilempar dengan sedikit sentakan dan usahakan
mengenai faring agar menimbulkan rasa geli sehingga memacu saraf
d. ternak untuk batuk atau mendehem, kemudian
baru larutan asam garam tersebut diminumkan sehingga sisa-sisa garam ikut
tertelan. Larutan asam ini nantinya akan mengeluarkan lendir yang mengandung
gas beracun dengan cepat. Sehingga, reaksi batuk ini akan memacu lendir keluar
dan akhirnya ternak bisa bernafas kembali. Dosis pemberiannya dapat bertahap,
tergantung tingkat serangan, umur dan berat badan. Satu formulasi larutan 100
gr asam jawa ini untuk menyembuhkan stadium awal pada ternak dewasa. Kita ambil
standar ternak dewasa dalam arti satu kali melahirkan (ternak betina).
Pemberian obat 3 kali sehari, 1 kali minum adalah 1 sendok teh garam atau 2
kali sehari, 2 kali minum- 1,5 sendok teh garam (Anonimusb, 2006).
PENYAKIT
CACINGAN (HELMINTHIASIS)
Penyakit yang disebabkan oleh cacing
merupakan kejadian yang cukup sering menyerang ternak sapi. Penyakit yang cukup
sering menyerang sapi muda (pedet) dan biasanya terjadi pada musim hujan atau
dalam kondisi lingkungan yang basah atau lembab ini umumnya disebabkan oleh
cara pemeliharaan yang kurang diperhatikan sehingga infeksi yang parah dapat
menyebabkan tingkat kematian yang cukup tinggi. Cacing memang memerlukan
kondisi lingkungan yang basah, artinya cacing tersebut bisa tumbuh dan
berkembang biak dengan baik bila tempat hidupnya berada pada kondisi yang basah
atau lembab, selain itu perlu juga diwaspadai kehadiran siput air tawar yang
menjadi inang perantara cacing sebelum masuk ke tubuh ternak.
Pada peternakan rakyat dengan sistem
pemeliharaan yang masih bersifat tradisional yakni dengan membiarkan ternaknya
mencari pakan sendiri meskipun pada lingkungan yang disinyalir telah
terkontaminasi dengan cacing akan lebih memudahkan ternak terinfestasi cacing
ketimbang sapi yang dipelihara dengan sentuhan pemeliharaan modern.
Gejala Klinis
1. Diare profus
(terus-menerus)
2. Faeces lembek
sampai encer, berlendir dan disertai keluarnya segmen-segmen cacing dari lubang
anus
3. Anoreksia
(nafsu makan berkurang)
4. Penurunan berat
badan
5. Bulu kasar,
kusam, kaku dan berdiri (dapat dilihat pada Gambar 3.)
Cara Pengobatan
Tingginya harga obat cacing dapat
disiasati dengan penggunaan obat obatan tradisional sebagai alternatif
pengobatan infeksi cacing yaitu dengan menggunakan tanaman-tanaman yang dengan
mudah didapatkan di sekitar peternakan kambing serta mudah pula pengolahannya.
Tanaman-tanaman yang dimaksud antara lain daun/getah pepaya, bawang putih, pinang,
kulit nanas dan mengkudu.
a. Bahan-bahan
a) Biji lamtoro
kering 20 gram
b) Temu hitam 1
rimpang
c) Tempe busuk 2
potong
d) Terasi 1 jari
e) Garam halus 1
sendok makan
b. Cara Membuat :
a) Goreng biji
lamtoro jangan sampai hangus
b) Tumbuk halus
temu hitam, tempe busuk, dan terasi
c) Campurkan semua
bahan hingga merata, kemudian tambahkan air secukupnya.
Cara Pengobatan
: Minumkan untuk mengobati seekor anak sapi (Liptan BIP Irian Jaya).
a. Bahan-bahan
a. jengkol 2 buah
b. Bawang putih 2
buah
b. Cara membuat
a) Parut halus
jengkol
b) Haluskan bawang
putih
c) Campurkan kedua
bahan tersebut dan tambahkan garam sedikit.
Cara Pengobatan
: Minumkan untuk mengobati seekor sapi (Liptan BIP Irian Jaya).
Getah pepaya :
a) Buah pepaya
muda yang masih menggantung di pohon ditoreh membujur sedalam 1-5 mm dengan
jarak torehan 1-2 cm
b) Pada tempat
torehan, getah yang keluar ditampung dengan wadah dari plastik yang diikatkan
pada buah pepaya dengan selotip
c) Tiap 100 ml
getah yang tertampung ditambah dengan 2 tetes larutan Natrium Bisulfit 30%
untuk mencegah oksidasi
d) Jemur dibawah
sinar matahari atau oven pada suhu 30-60oC sampai kering
e) Getah yang
sudah kering dihaluskan menjadi serbuk
f) Serbuk getah
pepaya dicampur dengan air dengan perbandingan 1:5
g) Larutan
tersebut diminumkan atau diberikan lewat mulut menggunakan selang yang langsung
ditujukan ke rumen
h) Dosis untuk
ternak : 1,2 gram/kg BB, setiap minggu 3 kali pemberian
a. Bawang Putih
Khasiat bawang putih sebagai obat
cacing sudah tidak diragukan lagi, terutama untuk melawan infestasi cacing klas
nematoda. Keuntungan lainnya adalah adanya kandungan antibiotika alami yang
cukup aman dan tidak meninggalkan residu pada ternak sehingga dapat pula
digunakan pada hewan yang masih muda.
Pembuatan obat
cacing dari bawang putih adalah sebagai berikut:
a) 2-3 siung
bawang putih segar dihancurkan/ditumbuk dan perasannya langsung diminumkan ke
ternak, atau bisa juga dicampur dengan konsentrat.
b) Dapat juga
digunakan daun bawang putih yang ditumbuk dan atau diberikan langsung ke ternak
Cara Pencegahan
a) Pemberian
ransum/makanan yang berkualitas dan cukup jumlahnya
b) Menghindari
kepadatan dalam kandang
c) Memisahkan
antara ternak muda dan dewasa
d) Memperhatikan
konstruksi dan sanitasi (kebersihan lingkungan)
e) Menghindari
tempat -tempat yang becek
f) Menghindari
pengembalaan yang terlalu pagi
g) Melakukan
pemeriksaan kesehatan dan pengobatan secara teratur
KURANG NAFSU MAKAN (ANOREXIA)
Anorexia memang bukan merupakan
suatu penyakit, tetapi merupakan gejala klinis yang mengikuti berbagai macam
penyakit baik yang disebabkan oleh bakteri, virus maupun protozoa. Pada umumnya
sapi yang terserang suatu penyakit ditandai dengan gejala anorexia dan
merupakan gejala penyakit yang sering dikeluhkan pertama kali oleh para
peternak kepada dokter maupun mantri hewan. Anorexia bukan hanya disebabkan
oleh terserangnya penyakit saja, tetapi dapat juga disebabkan sapi tersebut
stres karena pergantian jenis pakan yang mendadak, perpindahan lokasi kandang
maupun transportasi yang terlalu jauh. Berikut dijelaskan ramuan penambah nafsu
makan untuk ternak yang kurang sehat :
a) Daun talas 15
lembar dan garam dapur 15 sendok makan direbus 15 menit, daun yang sudah matang
dijadikan pakan untuk seekor sapi.
b) Mentimun 2
buah, diparut lalu dicampur garam dapur, asam jawa, terasi dan air secukupnya.
Ramuan ini adalah dosis untuk seekor sapi untuk sekali pemberian (Suwandi,
2008). (CT-115)
DAFTAR PUSTAKA
Anonimus. 1994. Obat Tradisional Ternak
Sapi. Lembar Informasi BIP Irian Jaya No. 139/94. Balai Informasi Pertanian
Irian Jaya.
Anonimusa. 2006. Diare pada Sapi Pedet.
http://manglayang.blogsome.com/2006/04/06/kct-diare-pada-sapi-pedet/
Anonimusb. 2006. Kembung pada Sapi.
http://manglayang.blogsome.com/2006/04/06/kct-2-bloat/
Purnomo, C. 2010. Waspadai Kembung
Perut Ternak Sapi. Jambi Independent Online. http://www.jambiindependent.co.id/jio/index.php?option=com_content&view=article&id=6766:waspadai-kembung-perut-ternak-sapi&catid=3:jambitimur&Itemid=5
Suwandi. 2008. Jamu untuk Ternak dari
Bahan-Bahan Alami di Sekitar Kita.
http://ternaksapiku.blogspot.com/2008/11/jamu-untuk-ternak-dari-bahan-bahan.html
http://drhsitiistiana.blogspot.com/2010/05/penyakit-penyakit-pada-sapi-dan-cara.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar